Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, praktik pelacuran di kalangan pelajar
juga telah merambah hingga ke Nunukan, Kalimantan Timur. Hal ini
terungkap dari percakapan dengan seorang pekerja seks komersial (PSK)
pelajar seperti dilansir
Tribun Kaltim, Senin (22/10/2012) kemarin.
Wanita
belia yang namanya dirahasiakan ini mengaku biasa menjajakan layanannya
melalui setidaknya dua mucikari. Kendati demikian, dia dan beberapa
temannya pun bisa mencari pelanggan sendiri lewat situs jejaring sosial
Facebook dan layanan pesan singkat SMS. Tarif layanan para pelajar ini
pun tergolong tinggi. Mereka bisa meraup uang mulai dari Rp 400.000
hingga Rp 1 juta untuk sekali kencan.
Bagaimana tanggapan orang
tua mereka? Gadis belia ini mengaku menyimpan rapat-rapat profesi
terlarangnya itu dari kedua orang tuanya. "Jangan sampai tahulah orang
tua. Kalau ada 'pesanan' saya bilang ada tugas sekolah," ungkap sang
gadis.
Malah guru juga suka merayu. Padahal, mereka kan harus memberikan contoh kepada muridnya.
Akibat kondisi ini pula, layanan mereka hanya bersifat
"short time". Para PSK "anak baru gede" (ABG) ini tidak bisa diajak bermalam oleh para pelanggannya.
Lantas,
untuk apa uang pelacuran itu dipakai? "Beli barang, bisa beli BB
(BlackBerry), beli baju, peralatan untuk perawatan luar dan dalam.
Pokoknya duitnya buat senang-senang," kata perempuan siswi kelas III
sebuah SMA di Nunukan itu.
Dia mengaku sudah setahun belakangan
bergelut dengan aktivitas "sampingannya" itu. Meskipun menikmati
kehidupannya, dia mengaku perilakunya ini tak lepas dari kurangnya
perhatian orang tua maupun guru.
Ia memberikan contoh, ada
sejumlah guru yang curiga dengan perilaku mereka di sekolah. Namun,
bukannya memberikan nasihat, guru-guru malah ikut menggoda. "Malah guru
juga suka merayu. Padahal, mereka
kan harus memberikan contoh kepada muridnya," ujarnya.
Dia
juga mengaku mempunyai niat untuk berhenti dari perilaku menyimpangnya
itu tetapi belum sekarang. Sebab, selain bisa mendapatkan kepuasan, ia
juga masih memerlukan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. "Kalau bisa,
teman-teman jangan sampai kayak saya. Masa depan kalian masih panjang,"
ujarnya.